Kerajaan Kediri Di Idonesia

Diposting oleh Wahyu Kristiawan | Sabtu, November 13, 2010 | 0 komentar »

Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri :

Pada tahun 1041 atau 963. Raja Airlangga memerintahkan
membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut
dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu
Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala
dan Panjalu, yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibukotanya Kahuripan,
sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri,
Madiun, dan ibukotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi
pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan
kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui
kitabkitab sastra.

Sumber-sumber Prasasti Adanya Kerajaan Kediri di Indonesia


a. Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan
Panjalu atas Jenggala.
b. Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada
masa Jayabaya.

Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-
prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan
tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya
sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan
Kediri/Panjalu atas Jenggala.

Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga ditemukan
berita Cina yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan
masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber
yang lain.

Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-m ai-tai-ta
yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang
ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M

Dengan demikian melalui prasasti, kitab sastra maupun kitab yang ditulis
orang-orang Cina tersebut perkembangan Kediri dalam berbagai aspek
kehidupan dapat diketahui.
Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama
seperti kekuasaan raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal
dalam sejarah karena memiliki lencana atau lambang sendiri.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang kekuasaan Kediri, maka
simaklah gambar 14 peta kekuasaan Kediri berikut ini!

Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain Raja Kameswara
(1115 - 1130 M) mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak
yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya
sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita Panji.
Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160
mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah
singa pada masa pemerintahannya Kediri mencapai puncak kebesarannya
dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang
Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil. Tahun 1181 pemerintahan
raja Sri Gandra terdapat sesuatu yang menarik pada masa, yaitu untuk
pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunakan nama-


nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan
Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb. Selanjutnya tahun 1200 - 1222
yang menjadi raja Kediri adalah Kertajaya. Ia memakai lancana
Garudamuka seperti Ria Airlangga, sayangnya raja ini kurang bijaksana,
sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah
yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kediri, karena kaum
Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di Singosari sehingga
tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kediri.

Raja-Raja Kerajaan Kederi dari Jayabaya
1) Raja Jayabaya (1135 M – 1159 M)
Raja Jayabaya menggunakan lencana kerajaan berupa lencana Narasingha. Kemenangannya atas peperangan melawan Jenggala diperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah menggubah kakawin Bharatayudha. Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Pada masa pemerintahannya ini, Kediri mencapai puncak kejayaan.
2) Raja Sarweswara (1159 – 1169 M)
Pengganti Jayabaya adalah Raja Sarweswara. Tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana kerajaan berupa Ganesha.
3) Raja Kameswara (1182 – 1185 M)
Selama beberapa waktu, tidak ada berita yang jelas mengenai raja Kediri hingga munculnya Kameswara. Pada masa pemerintahannya ini ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan terhadap raja, serta kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan Alung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya berisi petunjuk mempelajari tembang Jawa Kuno.
4) Raja Kertajaya (1185 – 1222 M)
Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan antara para brahmana dan Raja Kertajaya. Hal ini terjadi karena para brahmana menolak menyembah raja yang menganggap dirinya sebagai dewa. Para brahmana lalu meminta perlindungan pada Ken Arok. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk memberontak terhadap Kertajaya. Pada tahun 1222 M terjadi pertempuran hebat di Ganter dan Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.

Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri


Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat
meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-rumah
rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang berwarna
kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai di
bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka
seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah
seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda
ketahui sampai sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi
sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti kitab
Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada masa
Jayabaya, kitab Sim aradahana karya Mpu Darm aja, kitab Lubdaka dan
W ertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu
Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Semuanya itu
dihasilkan pada masa pemerintahan Kam eswara.

0 komentar